Kemenangan adalah sebuah impian bagi setiap orang. Maka menjadi sesuatu yang wajar ketika ada orang yang mengatakan bahwa menjadi pemenang adalah sebuah pilihan. Oleh karena sebuah pilihan maka tentu saja proses mewujudkannya membutuhkan semangat dan komitmen dan tentu saja konsistensi dalam menggapainya.
Kemenangan biasanya hanya hadir dalam berbagai macam kompetisi. Dan ketika sebuah kemenangan diraih ada suatu perasaan yang hadir dalam diri seorang pemenang, paling tidak ada perasaan lega dan begitu bangga dengan kemenangan tersebut.
Namun, ketika direnungi ternyata kemenangan yang lahir dari sebuah kompetisi tidak mampu menghadirkan kesejatian, karena keberadaanya hanya ada sesaat saja. Sementara setiap orang berharap kemenangannya menjadi sejati dalam kehidupannya. Sehingga bukanlah persoalan menang atau kalah sesungguhnya, tapi sejauh mana seseorang mampu menghadirkan ketenangan dan kedamaian hati dalam dirinya. Demikianlah sesungguhnya kemenangan sejati yang menjadi dambaan setiap orang.
Lalu, bagaimana caranya menghadirkan kedamaian itu dalam diri setiap orang?
Dalam konsep agama Islam, Tuhan berkata: “Tegakkanlah shalat untuk mengingat Aku, sesungguhnya dengan mengingat Aku hatimu pun akan menjadi tenang.” Jadi, disaat kemenangan itu dimaknai sebagai sebuah ketenangan dan kedamaian hati, maka sungguh hanya orang-orang yang mampu menjaga shalatnya lima kali sehari semalam saja yang bisa disebut sebagai pemenang sejati. Dan sungguh janji itu telah dituangkan dalam untaian bait-bait adzan HAYYA ALA SHOLATI, HAYYA ALAL FALAH (Mari sholat, mari menuju kemenangan).
Dengan demikian, segalanya kembali pada diri masing-masing apakah mau menjadi PEMENANG atau PECUNDANG. Tentu bagi orang-orang yang memiliki keyakinan yang kokoh tidak akan pernah berpikir menjadi pecundang karena bagi mereka be the real winner (menjadi pemenang sejati) adalah pilihan satu-satunya. Wallahu a’lam.